ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Sdr. G DENGAN MASALAH UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGAR DIRUANG PIX
( WISMA GATOT KACA ) RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Prof. DR. SOEROYO MAGELANG
Disusun Oleh :
SUKRON MAKMUN
2006572
AKADEMI KEPERAWATAAN MUHAMMADIYAH
KENDAL
2009/2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis dengan judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdr. G Dengan Masalah Utama perubahan persepsi sensori : Halusinasi Di Ruang PIX Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof. Dr. Soeroyo Magelang” telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Program Studi D III Keperawatan Akper Muhammadiyah Kendal tahun Akademi 2009 / 2010 :
Kendal, Juni 2010
Pembimbing
Yulia Ardiyanti, S.Kep. Ns
NBM : 866.744
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdr. G dengan Masalah Utama Gangguan persepsin sensori : Halusinasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof. Dr. Soeroyo Magelang” telah diuji dan disyahkan oleh Tim Penguji Akper Muhammadiyah Kendal, pada :
Hari / Tangal :
Tempat : Akper Muhammadiyah Kendal
TIM PENGUJI : TANDA TANGAN
Penguji I : Yulia Ardiyanti, S.Kep. Ns ____________________
NBM : 866.744
Penguji II : Nur Zuhry, S.Kep.Ns ____________________
NBM : 1037469
Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan Muhammadiyah Kendal
TEGUH ANINDITO, SKM
NBM : 815 280
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga kamu dan kamu menjaga harta. Ilmu adalah sebagai hakim dan harta yang dihakimi. Harta dapat berkurang karena diinfaqkan tetapi ilmu apabila diinfaqkan akan berkembang baik. (Syaidina Ali)
Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu,dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imron :142)
Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan dikerjakannya esok hari…( Al Hasyr : 18 )
Aku jamin syurga kepada orang yang mampu menjaga apa yang ada diantara kedua ini( rosulullah sambil menunjuk bibir dan paha ) (muttafaq‘alaih )
Kerjakanlah sebuah pekerjaan yang sedikit orang yang mau melakukanya,yakni bekerjalah sepenuh hati ( MARIO TEGUH )
Barangsiapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Robb nya (Imam Al Ghozali)
Masalah pada hakikatnya adalah adanya gap (jurang pemisah) antara keinginan dan kenyataan.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah meneteskan peluh dan air mata untuk kesuksesan Anak-anaknya.
2. Kedua orang tua angkatku yang senantiasa mendukung dan mengarahkanku untuk menggapai mimpiku
3. Saudara-saudariku yang selalu menemani dan menghiburku disaat aku sedih dan putus asa.
4. dr.Azhar dan istrinya yang senantiasa memberi semangat dan meminjamkan laptopnya untuk penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai.
5. Aulia Addini Arnaz yang membantu dan mensupport hingga tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
6. Teman-teman seangkatan yang masih setia untuk membagi pengalamannya. Sehingga penulis mendapat inspirasi baru dalam menyusun penulisan.
7. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang telah mengajarkan makna kehidupan dan dinamika bermasyarakat.
8. Para Pembimbing lahan dan CI di semua Rumah Sakit yang pernah menjadi lahan praktek.
9. Pembaca yang semoga diangkat derajatnya oleh Allah karena ilmu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek klinik di RSJD Prof Dr Soeroyo Magelang. Dengan judul: “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Utama perubahan persepsi sensori : Halusinasi pada Tn. G di Ruang P IX RSJD Prof. Dr.Soeroyo Magelang ”.
Laporan praktek klinik ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Halusinasi. Pada situasi atau kenyataan yaitu di lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari senua pihak sebagai bahan pertimbangan diwaktu yang akan datang.
Dalam hal ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT, Yang telah memudahkan semua jalan dan memberi berbagai macam kenikmatan yang tidak sanggup kita hitung.
2. Bapak Teguh Anindito, SKM, selaku direktur AKPER MUHAMMADIYAH KENDAL
3. Ibu Yulia Ardianti S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing pembuatan laporan ini.
4. Bapak Noviandi, selaku pembimbing ruangan di RSJD Prof.Dr.Soeroyo Magelang.
5. Sdr. G yang telah bersedia untuk diberikan asuhan keperawatan secara langsung.
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak yang mengambil manfaat darinya sehingga menjadi amal sholeh bagi penulis kelak di akhirat
Amin Ya mujiibas saailiin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Metode Penulisan 4
E. Sistematika Penulisan 5
Bab II Konsep Dasar 6
A. Pengertian 6
B. Proses Terjadinya Masalah 6
C. Manifestasi Klinik 13
D. Fokus Intervensi 16
Bab III Resume Keperawatan 29
A. Pengkajian 29
B. Analisa Data 32
C. Pohon Masalah 44
D. Diagnosa Keperawatan 33
E. Rencana Tindakan Keperawatan 34
F. Implementasi 37
Bab IV Pembahasan 44
A. Pengkajian 44
B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi 46
Bab V Penutup 53
A. Kesimpulan 52
B. Saran 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini di lingkungan kita banyak terjadi gangguan jiwa yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya : kebutuhan hidup yang semakin banyak, keadaan ekonomi yang rendah, pemikiran yang sempit dan kesempatan kerja yang sedikit. Gangguan jiwa tersebut bervariasi yaitu: waham, harga diri rendah, menarik diri, perilaku kekerasan, dan halusinasi.
Sebagian gangguan jiwa yang terjadi pada orang di sekeliling kita ini adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Berdasarkan data penelitian ditemukann bahwa jumlah penderita pasienn jjiiwa halusinasi di RSJD Prof.DR.Soeroyo Magelang adalah 233 orang ( sekitar 34,78%).sementara itu, Menurut hasil penelitian dari Bank dunia mennun jukkan global burden of disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapaii 8,1% jauh lebih tinggi dari TBC 7,2%, kanker 5,8%,janntung 4,4% dan malaria 2,6%. Hal tersebut diungkapkan dalam jumpa pers dalam rangka hari kesehatan jiwa sedunia 2006,serta peluncuran laporan kesehatan sedunia dari organisasi kesehatan dunia (WHO). Dari hasiil penelitian, 7,2% keluarga punya dukungann yang buruk,68,9% mempunyai periode kekambuhan yang jarang dan 34,1% penderita gangguan jiwa sering kambuh kembali. Sedangkan di Jawa tengah sendiri ada 704.000 warganya mengalami gangguan jiwa. Dari data WHO menyebutkan bahwa dari setiap 1000 orang warga Jateng terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara itu, 19 orang dari setiap 1000 orang warga Jatenng mengalami stress.( http/wah33d.blogspot.com/2010/03/beban berat-akibat-gangguan-jiwa.html)
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdr.G Dengan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi di ruang P IX Rumah Sakit Jiwa Prof.DR.Soeroyo Magelang”.
Dari data yang penulis peroleh dari sdr.G di RSJ Prof.DR.Soeroyo Magelang yaitu : klien menderita gangguan jiwa dengan perubahan persepsi sensori halusinasi yang diderita sekarang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis membuat suatu rumusan masalah yaitu: “Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada Sdr.G dengan Perubahan persepsi Sensori Halusinasi di ruang PIX RSJ Prof DR.Soeroyo Magelang”.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memperdalam tentang ilmu kejiwaan khususnya bagaimana melakukan asuhan keperawatandengan gangguan persepsi sensori halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada Sdr.G dengan Halusinasi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Sdr.G dengan Halusinasi
c. Mampu menentukan tujuan untuk membuat rencana tindakan keperawatan pada Sdr.G dengan Halusinasi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Sdr.G dengan halusinasi pada pendengaran.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Sdr.G dengan halusinasi
D. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan penulisan deskriptif yaitu pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap semua keadaan yang terjadi.
Pendekatan proses keperawatan terdiri dari : pengkajian, perencanaan implementasi dan evaluasi. Adapun teknik penulisan pengumpulan data yang melakukan observasi, kemudian menggambarkannya dengan memaparkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah, sedangkan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
1. Anamnesa
Diperoleh dengan menanyakan pada keluarga pasien, perawat, dokter dan petugas kesehatan lainnya mengenai perjalanan penyakit dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penyakit tertentu.
2. Observasi Partisipasi Aktif
Mengadakan pengamatan untuk perawatan langsung terhadap keadaan pasien serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan keperawatan.
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data tentang keadaan pasien di catatan medik, catatan perawat, serta pemeriksaaan lain.
4. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mempelajari sumber tertentu berupa buku yang berhubungan dengan materi yang tersirat dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang diurutkan menjadi:
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep dasar meliputi pengertian, rentang respon, proses menarik diri, proses terjadinya masalah manifestasi klinik, pohon masalah, diagnosa keperawatan, fokus intervensi.
BAB III : Resume keperawatan meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan, berisi tentang pembahasan kesenjangan antara teori dan praktek dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,2005).
Dari berbagai pengertian gangguan interaksi diatas penulis menyimpulkan bahwa perubahan atau gangguan persepsi halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang individu terganggu persepsinya terhadap sesuatu. Sebenarnya apa yang dilihat,didengar,/dirasakan pasien dalam keadaan sebenarnya tidak terjadi. Hal ini sangat mengganggu sekali pasien karena dia melihat ,mendengar ,atau merasakan sesuatu yang tidak dilihat ,didengar,maupun dirasakn oleh orang lain yang ada disekitarnya.
B. Rentang Respon
Respon adaptif meliputi :
1. Pikiran logis
Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Emosi konsisten
Manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
3. Perilaku sesuai
Yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
4. Hubungan social
Perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
Respon mal adaptif
1. Kelainan pikiran ( delusi )
Yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya
2. Halusinasi
Individu mengalami perubahan persepsi sehingga adakalnya individu mendengar,melihat/merasakan sesuatu yang sebenarnya hal tersebut tidak pernah terjadi dialam nyata.
3. Ketidak aturan
Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.
4. Isolasi sosial
menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
C. Macam-macam Halusinasi
Menuut Hader,Leach,and Sdalen, macam-macam halusinasi antara lain
1. Halusinasi dengar ( auditory)
Yaitu dimana klien mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada.. Suara itu sering mencaci maki orang lain. Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dalam dirinya yang kemudian dihubungkan dengan dunia luar.
Contoh :
Seorang wanita mengalami kecemasan dalam rasa bersalah untuk aborsinya yang telah dilakukan, Dia mendengar Tuhan menghinanya karena tingkah laku dan aborsinya. Halusinasi dengar sering terjadi pada penderitra scyzophrenia.
2. Halusinasi lihat ( visual )
Bayangan atau sensasi visual yang dialami oleh klien tanpa adanya stimulus ekstetrnal. Klien mungkin melihat bayangan dari figure objek/kejadiann yang aneh sekali, menakutkan atau menimbulksn rasa tidak nyaman
Contoh :
Klien laki-laki sering melihat dirinya dan keluarganya ditembak mati oleh regu penembak untuk kejahatan yang tidak diketahui. Gambaran ini melintas didepan matanya seperti halnya menonoton film. Halusinasi llihat sering terjadi pada klien dengan gangguan mental organic.
3. Halusinasi bau / hirup ( olvaktory )
Bau-bauan yang tercium berasal dari tempat yang spesifik atau tidak bisa diketahui.
Contoh :
Klien wanita merasa ia mempunyai peersonalitas yang buruk. Ia mengeluh mencium daging busuk dan rambut yang terbakar berasal dari dirinya atau orang lain disekelilingnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizure disorder
4. Halusinasi cakap (gustatory )
Rassa yang dialami tanpa ada dasarnya.
Contoh :
Klien laki-laki merasa istrinya telah membuatnya menderita. Setiap kali ia makan makanan yang disiapkan istrinya ia merasakan pahit dimulutnya. Halusinasi ini sering tejadi pada klien dengan gangguan seizures disorder.
5. Halusinansi Raba (taktil )
Sensasi yang aneh dirasakan oleh klien. Halusinasi ini bisa merupakan bagian dari delusi dan menyebabkan salah persepsi terhadap bagian tubuhnya. Halusinasi ini sering disebabkan oleh toksisitas alkohol
Contoh :
Klien wanita yang tidak punya anak dan sudah menopouse merasakan organ tubuhnya membatu dan ia merasakan suspensi yangn sangat kasar atau berat pada tubuhnya bagian bawah.
6. Heptic
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinesthetic
Karakteristik : Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadinya gangguan persepsi halusinasi menurut Keliat (2006), yaitu :
a. Faktor tumbuh kembang
1) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan,minum,dan rasa aman
2) Usia balita , tidak terpenui kebutuhan otonomi
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
b. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik,berupa : atrofi otak,pembesaran ventrikel,perubahan bentuk sel korteks dan limbic dapat berpengaruh terhadap jiwa individu.
c. Faktor sosial kultural
Isolasi social pada yang usia lanjut,cacat,sakit kronis,dan tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
d. Factor genetic
Adanya pengaruh herediter ( keturunan )berupa angota keluarga terdahulu yang mengalami schizophrenia dan kembar monozigot.
e. Factor psikologis
Mudah kecewa ,mudah putus asa ,kecemasan tinggi ,menutup diri,ideal diri tinggi,harga diri rendah,identitas diri tidak jelas,krisis peran,gambaran diri negative,dan koping destruktif.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), Factor presipitasi berupa factor neurobiologist yang meliputi
a. Berlebihanya proses informasi pada system saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak
b. Mekanisme penghantaran listrik disaraf terganggu
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan,sikap dan perilaku
3. Factor psikopatologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) halusinasi berkembang menjadi 4 fase yaitu :
a. Fase 1 : Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. Fase 2 : Comdemning
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Fase 3: Controlling
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Fase 4 : Conguering
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Manifestasi Klinik
Menurut Menurut Hamid (2000)
a. Berbicara dan tertawa sendiri.
b. Menghindari orang lain (menyendiri).
c. Tidak dapat membedakan antara kenyataan dan tidak nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga bermusuhan dan merusak baik diri sendiri,orang lain dan lingkungan.
f. Ekspresi wajah tegang, dan mudah tersinggung.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu :
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c. Gerakan mata abnormal.
d. Respon verbal yang lambat.
e. Diam.
f. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
g. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
h. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
i. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
k. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.
l. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
m. Berkeringat banyak.
n. Tremor.
o. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
E. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri,lingkungan dan orang lain
Perubahan sensori :halusinasi Core Problem
Isolasi social : menarik diri
(Keliat, 2006)
F. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perubahan persepsi sensori : Halusinasi.
b. Gangguan Isolasi sosial : Menarik diri.
c. Resiko mencederai diri sendiri,lingkungan dan orang lain
.
(Keliat, 2006)
G. Fokus Intervensi
Diagnosa Keperawatan I : gangguan perubahan sensori halusinasi
1. Tujuan Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
2. Tujuan Khusus
TUK I : klien dapat membangun hubungan saling percaya
a. Kriteria evaluasi
Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
b. Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi therapeutik :
1) Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien dengan apa adanya.
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
TUK II : Klien dapat mengenal halusinasinya
a. Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan jenis halusinasi yang dialaminya
b. Intervensi
1) Adakan kontak sering dan singakt secara bertahap
2) Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya seperti : bicara dan tertawa tanpa stimulus dan memandang kekiri dan kekanan atau kedepan seolah – olah ada teman bicara
3) Bantu klien mengenal halusinasinya :
a) Jika menemukan klien sedang berhalusinasi , tanyakan apakah ada suara yang didengarnya
b) Jika klien menjawab ada , lanjutkan apa yang dikatakan suara itu
c) Katakana bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,namun perawat sendiri tidak mendengarnya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
d) Katakana bahwa klien lain ada yang seperti klien
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
4) Diskusikan dengan klien :
a) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi ( jika sendiri jengkel atau marah )
b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,siang,sore atau malam ),terus menerus atau sewaktu-waktu
5) Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya jika terjadi halusinasi (marah,takut,sedih atau senang )beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Dengan diketahuinya jenis halusinasi klien akan mempermudah dalam proses tindakan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.
TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasi.
a. Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila halusinasinya timbul.
b. Intervensi
1) Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.
Rasional:
Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya.
2) Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.
3) Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi.
4) Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
Rasional:
hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan.
5) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya.
TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
a. Kriteria evaluasi
Keluarga klien mendukung penuh untuk kesembuhan klien
b. Intervensi
1) Diskusikan dengan keluarga yaitu pada saat keluarga berkunjung atau pada saat kunjungan rumah :
a) Gejala halusinasi yang dialami klien
b) Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi ( sama dengan yang diajarkan ke klien ).
c) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah : beri kegiatan/kesibukan agar klien tidak bengong,jangan biarkan klien sendirian,makan bersama,pergi bersama,jika klien sedang sendirian dirumah lakukan kontak dengan sering telpon.
d) Beri informasi mengenai waktu tindak lanjut atau kapan perlu bantuan : halusinasi tidak terkontrol atau resiko mencederai orang lain.
2) Diskusikan dengan keluarga trntang jenis,dosis,waktu pemberian,efek samping,dan manfaat obat.
3) Anjurkan keluarga klien untuk berdiskusi dengann dokter tentang manfaat dan efek samping obat.
4) Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa berkonsultasi lebih dahulu.
5) Beri pujia kepada keluarga atas upaya keluarga yang positif.
Rasional :
a) Sebagai upaya membina hubungan tyerapeutik dengan keluarga.
b) Mencari data awal untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.
c) Penguatan untuk menghargai upaya keluarga.
d) Memberikan informasi dan mengajarkan kekuarga tentang halusinasi dan cara merawat klien.
e) Pujian untuk menghargai keluarga.
TUK V: Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya.
a. Kriteria evaluasi.
Dengan minum obat secarateratur diharapkan klien dapat mengontrol halusinasinya.
Intervensi
1) Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya
2) Bantu klien untuk memutuskan bahwa klie minum obat sesuai program dokter.
3) Observasi mengenai tanda dan gejala terkait efek samping
4) Diskusikan dengan dokter tentang efek samping obat.
Rasional :
a) Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang efek obat terhadap halusinasinya
b) Memastikan klien minum obat secara teratur
c) Mengobservasi efektivitas program pengobatan
d) Memastikan efek obat-obatan yang tidak diharapkan terhadap klien
Diagnosa keperawatan II : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan khusus :
TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,perkenalan diri,jelaskan tujuan interaksi,ciptakan lingkungan yang tenang,buat kontrak yang jelas ( waktu,tempat dan topik pembicaraan )
2. Beri kesempatan pada klie mengungkapkan perasaannya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah orang yang sangat berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Rasional
a. Hubungan saling percaya adalah modal dasar interaksi perawat klien
b. Mengetahui masalah yang dialami oleh klien
c. Agar klien merasa diperhatikan
d. Memberi support kepada klien
TUK II : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila sudah pulang nanti dan apa yang menjadi cita-citanya
2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan yang dimilikinya
Rasional :
a. Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien
b. Membantu klien membentuk harapan yang realitas
TUK III : klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialaminya
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien keberhasilan yang pernah dialaminya
2. Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya
Rasional :
a. Mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal
b. Mengetahui sejauh mana kegagalan yang dialami oleh klien
c. Meningkatkan harga diri klien
TUK IV : klien dapat membuat rencana yang realistis
Intervensi :
1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2. Motivasi klien melakukan kegiatan yang telah dipilih
3. Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan
Rasional :
a. Agar klien tetap realistis terhadap kemampuan yang dimilikinya
b. Menghargai keputusan yang telah dipilih oleh klien
c. Meningkatkan harga diri klien
TUK V : klien dapat memanfaatkan system pendukung keluarga
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan harian klien
4. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
5. Anjurkan memberikan pujian pada klien setiap kali berhasil
Rasional :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
b. Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat kesembuhan klien
c. Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien
d. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan klien dirumah
e. Meningkatkan harga diri klien
Diagnosa keperawata III : Isolasi Sosial : Menarik diri
1. Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
2. Tujuan khusus :
TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,perkenalan diri,jelaskan tujuan interaksi,ciptakan lingkungan yang tenang,buat kontrak yang jelas ( waktu,tempat dan topik pembicaraan )
2. Beri kesempatan pada klie mengungkapkan perasaannya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah orang yang sangat berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Rasional
a. Hubungan saling percaya adalah modal dasar interaksi perawat klien
b. Mengetahui masalah yang dialami oleh klien
c. Agar klien merasa diperhatikan
d. Memberi support kepada klien
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan, penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
Rasional :
1. Mengevaluasi manfaat yang dirsakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi dan mengevaluasi kerugian yang dirasakan bila tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila ada hubungan dengan orang lain
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang berhubungan dengan orang lain
5. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
6. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian jika tidak berhubungan dengan orang lain.
7. Diskusikan dengan klien tentang kerugian jika tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Mengevaluasi manfaat yang dirsakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi dan mengevaluasi kerugian yang dirasakan bila tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu klien untuk dapat berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
3. Beri reinforcement bertahap keberhasilan yang dicapai
4. Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7. Beri reinforcement atau kegiatan klien dalam ruangan
Rasional :
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbina hubungan yang sehat dengan orang lain.
TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
1. Dorongan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya, manfaat berhubungan dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif atas kemmapuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional :
Mengevaluasi perasaan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan diruang PIX( Wisma Gatot Kaca) RSJD Prof. DR. Soeroyo Magelang pada tanggal 16 Desember 2010 jam 10.00 WIB, nama pasien Sdr.G, umur 33 tahun dengan status belum menikah, pekerjaan klien adalah wiraswasta, klien beragama Islam,alamat rumah Ds. Klidang wetan Rt 4 Rw2 Batang.
Klien dibawa ke RSJD Prof. DR. Soeroyo Magelang karana dirumah klien suka marah-marah,mudah tersinggung,mengamuk,merusak alat-alat rumah tangga, tidak mampu merawat diri,mendengar suara yang menyuruhnya untuk mengamuk. Sehingga pada tanggal 25 Oktober 2009 jam 13.00 WIB keluarga klien membawa pasien ke RSJD Prof. DR. Soeroyo Magelang untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut karena keluarga merasa khawatir dengan keadaan klien saat itu.
Sekitar 1 tahun yang lalu klien pernah dirawat di. RSJD Prof. DR. Soeroyo Magelang dengan kasus yang sama. Kemudian klien putus obat kurang lebih selama 1 bulan sehingga klien kambuh kembali. Klien juga pernah melakukan penganiayaan fisik terhadap ibunya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan data : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 104x/menit, suhu 37ÂșC dan RR 20x/menit, tinggi badan klien 160 cm dan BB klien 56 kg. Dalam pemeriksaan fisik klien tidak ditemukan adanya gangguan kesehatan secara fisik. Klien adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Klien bersama adik-adiknya masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya. Pola komunkasi dalam keluarga klien kurang baik karena kien dikucilkan oleh anggota keluarga yang lain karena dianggap sebagai beban keluarga. Pada pengkajian pola asuh terhadap klien didapatkan data bahwa klien sejak kecil diasuh oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang.
Pada pengkajian konsep diri klien ditemukan data bahwa klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Klien juga menyatakan bahwa dirinya adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Klien juga mengatakan bahwa sampai saat ini klien telah menginjak umur 33 tahun dan belum menikah.Kien juga mengatakan bahwa sebelum sakit dirinya telah bekerja sebagai montir dibengkel dan klien berharap segera sembuh dan bekerja kembali sebagaimana sediakala.
Pada pengkajian hubungan sosial klien didapatkan data bahwa orang yang paling berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya. Dalam kegiatan kelompok masyarakat klien menyatakan hanya menjadi warga biasa dan kadang-kadang klien mengikuti kegiatan kepemudaan yang diadakan oleh karang taruna didesanya. Klien menyatakan bahwa dirinya tidak mengalami gangguan dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada pengkajian spiritual klien ditemukan data bahwa klien adalah seorang muslim. Selama sakit klien tidak menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim.
.Pada pengkajian status mental,didapatkan data bahwa secara penampilan klien terlihat tidak rapi,suka melamun sendiri,dan suka bicara sendiri. Pembicaraan klien cepat dan koheren. Aktivitas motorik klien normo aktiv,klien tampak gelisah dan tegang,serta mata klien merah. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan merasa senang,afek klien tumpul,dan selama wawancara klien menunjukkan sikap tegang dan menatap lawan bicara. Klien mengatakan kadang-kadang mendengar suara-suara yang menyuruhnya berbuat jahat. Pembicaraan klien cepat dan sampai tujuan,tapi kadang-kadang klien bingung menjawab pertanyaan dan lambat dalam berespon.
Klien tidak mengalami waham,tingkat kesadaran klien baik,orientasi terhadap orang,tempat,ruang dan waktu baik. Dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya gangguan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingkat konsentrasi klien jelek,dan sering meminta agar pertanyaan diulang untuk diperjelas kembali. Klien mampu berhitung dengan baik,klien juga mampu mengambil keputusan secara mandiri dan kien mempunyai inisiatif serta mau beraktivitas. Klien sadar sepenuhnya bahwa dirinya sekarang sedang dirawat dirumah sakit jiwa sebagai pasien dan dalam proses pengobatan. Pada pengkajian ditemukan bahwa klien mendengar suara-suara yang menyuruhnya mengamuk,sehingga disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan persepsi sensori yaitu halusinasi auditory/halusinasi dengar.
B. Analisa Data
Hari/tanggal Data fokus Masalah
16
desember 2009
Ds : klien mengatakan dirumah merasa merasa mendengar suara-suara yang tidak jelas tapi sekarang tidak mendengarnya.
Klien mengatakan kadang-kadang mendengar suara-suara yang menyuruhnya berbuat jahat
Do : - menyendiri
- melamun
- berbicara ngelantur
-klien juga tampak tidak rapi
-pembicaraan klien cepat dan kadang bingung menjawab pertanyaan , respon lama dan tingkat konsentrasi klien jelek perubahan persepsi
Sensori : halusinasi dengar
Hari/tanggal Data fokus Masalah
16
desember 2009
Ds : klien mengatakan dirumah pernah mengamuk dan merusak alat-alat rumah tangga serta mengancam akan membunuh ibunya.
Do : klien tampak gelisah , tatapan mata tajam.
Saat wawancara klien menatap lawan bicara dengan tatapan yang tajam,respon lama
Resiko perilaku kekerasan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar
2. Resiko perilaku kekerasan.
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tanggal/jam Diagnosa keperawatan Intervensi
16 Desember 2009
10.00 WIB Perubahan persepsi sensori : halusinasi
SP1P:
1. mengidentifikasi jenis halusinasi klien
2. mengidentifikasi isi halusinasi klien
3. mengidentifikasi waktu halusinasi klien
4. mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
5. mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
7. melatih klien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
8. membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian klien
SP2P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara berbincang –bincang dengan orang lain
3. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
SP3P :
1. memvslidasi masalah da ;latihan sebelumnya
2. melatih klien cara mengontrol halusinasi denga kegiatan yang biasa dilakukan klien setiap hari
3. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
Tanggal/jam Diagnosa keperawatan Intervensi
16 Desember 2009
10.00 WIB Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
SP4P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan teratur minim obat.(prinsip 5 benar minum obat : benar obat, benar cara, benar dosis, benar waktu dan benar orang.)
3. membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP1P :
1. mengidentivikasi penyebab perilaku kekerasan.
2. mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. megidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. mengidentifikasi akibat perilaku kekerasn
5. mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengn cara fisik I (tarik nafas dalam)
7. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP2P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II (memukul bantal atau kasur atau konversi energi)
3. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Tanggal/jam Diagnosa keperawatan Intervensi
16 Desember 2009
10.00 WIB Resiko perilaku kekerasan
3. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP4P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat ( prinsip 5 benar )
3. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
Implementasi keperawatan
Tanggal/jam No Dx Implementasi Evaluasi ( SOAP) Paraf
16/12/2009
10.00 WIB
17/12/2009
09.00 WIB
1
1 SP1P Halusinasi
1. mengidentifikasi jenis halusinasi klien
2. mengidentifikasi isi halusinasi klien
3. mengidentifikasi waktu halusinasi klien
4. mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
5. mengidentifikasi situasiyang menimbulkan halusinasi
6. mengidentifikasi rerspon klien terhadap halusinasi
7. melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
8. membimbing pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
9.
SP1P : halusinasi
1. mengidentifikasi isi halusinasi klien
2. mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
3. mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi klien
4. mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasinya S : klien mengatakan mendengar suara-suara
O :
klien mampu mengenal jenis halusinasinya
klien mengenal isi,waktu,frekuensi halusinasinya
A : SP1P belum tercapai
P : ulangi SP1P dan optimalkan
S: klien mengatakan masih mendengar suara
Tamggal/jam No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
17/12/2009
09.00 WIB 1 5. melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
6. membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP2P : halusinasi auditory
1. memvalidasi masalah dan latihan latihan sebelumnya
2. melatih mengontrol halusinasi dengan cara bersosialisasi dengan orang lain.. S:
-klien mengatakan suara itu menyuruhnya berbuat jahat
-suara itu muncul saat klen sendirian
-jika muncul suara itu klien langsung tidur
O:
-klien mampu mengenal isi halusinasinya
-klien mampu mengidentifikasi frekuensi halusinasinya
-klien sudah bisa mengontrol halusinasi dengan menghardik
A:
SP1P teratasi
P :
-Menganjurkan klien untuk mempraktekan kembali cara yang sudah diajarkan ketika muncul halusinainya
-lanjutkan ke SP2P
S :
-klien mengatakan masih mendengar suara-suara
-frekuensi suara muncul sudah agak berkurang
-klien mengatakan halusinasinya muncul saat melamun
Tanggal/jam No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
21/12/2009
10.30 WIB 1
1 3. Menganjurkan klien Memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P :
1. memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. melatih mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan klien
3. membimbing pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian -klien mengatakan bisa mengontrol halusinasinya dengan berbincang-bincang dengan orang lain
O :
-klien kooperatif
-klien mampu mempraktikkan cara yang diajarkan yaitu dengan cara berbincang-bincang dengan orang lain
A : SP2P teratasi
P :
-menganjurkan klien untuk sering berinteraksi dengan orang lain agar halusinasinya tidak muncul
-lanjutkan ke SP3P
S:
-klien mengatakan masih mendengar suara-suara
-klien mengatakan suara itu muncul 2x sehari
-klien mengatakan halusinasinya muncul saat lagi bengong
-klien menyatakan bisa mengontrol halusinasinya dngan melakukan aktivitas harian
O:
-klien mau mempraktekan cara yang diajarkan
A:SP3P teratasi
Tanggal/jam No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
22/12/2010
10.00 WIB 1
2
SP 1P :Resiko Perilaku Kekerasan
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5. Mengidentifikasi cara kontrol perilaku kekerasan
6. Mengajarkan cara kontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I(Tarik nafas dalam)
7. Membimbing klien memesukkan kedalam jadwal kegiatan harian P :
-Anjurkan klien untuk mempraktekan kembali cara yang sudah diajarkan
-lanjutkan ke SP4P
S:
-Klien mengatakan ada suara yang menyuruhnya mengamuk
-Klien mengatakan pernah melakukan pengrusakan terhadap peralatan rumah
-Klien mengatakan tahu tanda dan gejala perilaku keerasan
-Klien mengatakan akibat perilaku kekerasan adalah menyakiti orang lain
O:
-Klien mampu menjawaab pertanyaan yang di berikan oleh perawat
-Klien kooperatif
A:
SP1P belum teratasi penuh
P:-anjurkan klien untuk mempraktekan kembali cara yang sudah diajarkan
-lanjutkann SP1P dan optimalkan
Tgl/Jam No DX Implementasi Evaluasi Paraf
23/12/09
10.00
23/12/09
13.30 2
2
SP1 Resiko Perilaku kekerasan
1. Mengajarkan cara kontrol Perilaku kekerasan
2. Melatih cara kontrol Perilaku fisik I (Tarik nafas dalam)
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SPIIP Resiko perilaku kekerasan
1. Memfalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih klien cara kontrol perilaku kekerasan fisik II (memukul bantal dan kasur)
3. Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
S:
-Klien mengatakan bisa melakukan cara kontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam
O:
-Klien mampu mempraktekan cara kontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam)
A: SP1P Teratasi
P:
-anjurkan klien untuk mempraktekan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan
-lanjutkan ke SP2P
S:
-Klien mengatakan bisa cara kontrol perilaku kekerasan dengan memukul bantal dan kasur
O:
-klien mampu mempraktekkan cara kontrol prilaku kekerasan dengan memukul bantal dan kasur
A:SPIIP Teratasi
P:
-anjurkan klien untuk mepraktekkan kembali cara yang sudah diajarkan
-lanjutkan SP3P
Tanggal/jam No Dx Implementasi Evaluasi paraf
SP4P:
1. salam terapeutik
2. evaluasi kontak kemarin
3. menanyakan kabar
4. memvalidasi masalah dan kontrak kemarin
5. menjelaskan kepada pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
6. menjelaskan kepada klien pentingnya minum obat
7. mengajarkan klien cara minum obat yang benar
8. mengadakan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
9. menjelaskan macam-macam obat dan kegunaannya. S :klien menyatakan lebih senang setelah minum obat
-klien menyatakan suara-suara sudah hilang
-klien menyatakan ingin segera pulang
O :
-klien tampak lebih tenang
-klien sudah tidak melamun lagi
A : SP4P teratasi
P :
Anjurkan klien untuk senantiasa teratur minum obat
Lanjutkan ke SP1K
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas tentang tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Dengan tujuan untuk membandingkan antara teori yang ada dalam tinjauan pustaka yang terjadi pada Sdr.G di ruang PIX RSJD Prof.Dr. Soeroyo Magelang, dengan maslah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi dengan hasil pengkajian dilapangan.
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 desember 2009, pukul 10.00 WIB pada Sdr.G di ruang PIX RSJD Prof.Dr. Soeroyo Magelang, dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi. Ditemukan data sebagai berikut : Nama Sdr.G umur 33 tahun,agama islam,Alamat desa klidang wetan Rt 4 Rw 2 Batang, status belum menikah, masuk tanggal 25 oktober 2008; jam 16.30 WIB. Didalam pendokumentasiannya penulis menuliskan alamat klien secara lengkap seharusnya hal ini tidak dilakukan karena demi menjaga privasi klien. Seharusnya cukup dituliskan nama kota saja.
Di dalam pendokumentasiannya alasan masuk penulis kurang menuliskan kriteria waktu dan didalam pembahasan ini penulis akan membahasnya, seharusnya penulis menuliskan alasan masuk klien mengamuk, tidak mampu merawat diri,suka melamun dan kadang-kadang bicara sendiri. Pada tanggal 16 desember 2009 data yang muncul adalah klien dirumah mendengar suara-suara yang tidak jelas sumbernya. Hal ini didukung oleh teori Marimis 2005 yaitu halusinasi adalah merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Namun tidak semua gejala halusinasi dalam teori muncul pada klien,misalnya disorientasi ruang,waktu dan orang (Menurut Hamid (2000)). Hal ini dikarenakan tingkat orientasi klien masih baik.
Dalam penjelasan genogram pola pengambilan keputusan tidak dicantumkan oleh penulis,hal ini disebabkan karena kurang ketelitian penulis sehinga hal tersebut tidak terkaji. Sebelum mencantumkan analisa data seharusnya penulis mencantumkan pohon masalah tetapi dalam pendokumentasiannya penulis tidak menuliskannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian penulis dalam mendokumentasikan hasil pengkajian. Adapun pohon masalah klien adalah sebagai berikut:
Resiko mencederai diri sendiri,lingkungan dan orang lain
Perubahan sensori :halusinasi Core Problem
Isolasi social : menarik diri
( Stuart dan laria,2001)
Dari pohon masalah tersebut kemudian penulis melakukan analisa data. Namun didalam pengelompokkan data penulis kurang cermat karena hanya memuat dua pengelompokkan saja. Seharusnya penulis mengelompokkan kedalam tiga kelompok masalah kemudian baru ditarik diagnosa keperawatan.
Pada pengkajian konsep diri yaitu pada point harga diri penulis salah memasukkan data. Data yang tertulis adalah sebagai berikut : klien mengatakan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberinya tubuh yang lengkap dan berfungsi baik. Data tersebut adalah data untuk gambaran diri jadi tidak tepat kalau penulis memasukkanya kedalam data harga diri klien. Seharusnya penulis menuliskan : klien tidak minder dengan kondisinya yang sekarang.
B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi
1. Masalah utama yang muncul pada Sdr.G adalah perubahan persepsi sensori : halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Adapun tanda dan gejalanya menurut Hamid (2000)
a. Bicara sendiri.
b. Senyum sendiri
c. Ketawa sendiri.
d. Menggerakkan bibir tanpa suara.
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat
g. Menarik diri dari orang lain.
h. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
j. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
k. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
l. Sulit berhubungan dengan orang lain.
m. Ekspresi muka tegang.
n. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
o. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
p. Tampak tremor dan berkeringat.
q. Agitasi dan kataton.
r. Curiga dan bermusuhan.
s. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
t. Ketakutan.
u. Tidak dapat mengurus diri.
v. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Penulis menarik diagnosa keperawatan halusinasi dikarenakan dalam pengkajian ditemukan data bahwa klien dirumah mendengar suara-suara tanpa ada sumbernya. Hal ini sesuai dengan teori diatas. Selain itu penulis juga mendapatkan data bahwa klien sering melamun dan kadang-kadang bicara sendiri. Halusinasi ini jika tidak diatasi akan menyebabkan perubahan perilaku klien sehingga bisa beresiko mencederai diri sendiri,orang lain maupun lingkungan sekitar klien.
Dalam pelaksanaan intervensi penulis mengalmami kesulitan karena tingkat konsentrasi klien sangat jelek. Sehingga dalam implementasinya penulis membutuhkan 2x pertemuan untuk menyelesaikan SP1P. Dalam pendokumentasian evaluasi yakni pada kolom asisstment penulis menuliskan : SP1P belum tercapai,maksud dari pernyataan itu adalah klien belum mampu untuk mengatasi halusinasinya ketika halusinasi tersebut muncul. Sesuai dengan teori Keliat 2006 dalam pendokumnentasien planning dibagi menjadi yakni planning untuk perawat dan planning untuk klien. Tetapi pada pendokumentasiannya penulis hanya menuliskan : optimalkan SP1P. Adapun planning untuk perawat yaitu agar membuat kontrak lagi untuk mengulang kembali apa yang telah disampaikan pada pertemuan pertama,sedangkan planning untuk klien adalah agar klien mempraktikkan kembali apa yang sudah diajarkan pada pertemuan pertama.
Pada pertemuan kedua penulis menuliskan dalam kolom evaluasi yakni pada asistment : SP1P teratasi. Maksud dari pernyataan tersebut adalah klien telah mampu mengenal halusinasinya dan dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik. Pada pertemuan ketiga penulis menuliska dalam kolom evaluasi sebagai berikut : SP2P teratasi. Maksudnya adalah klien telah mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menemui orang lain untuk diajak komunikasi. Pada Pertemuan selanjutnya penulis menuliskan pada kolom evaluasi yakni pada asistment :SP3P teratasi. Maksud dari pernyataan tersebut adalah klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan aktivitas terjadwal. Klien juga mampu memasukkan hasil kegiatan harianya kedalam jadwal yang telah dibuat. Akhirnya penulis menyelesaikan implementasi sampai dengan SP4P saja karena selama penulis melakukan pengkajian disana keluarga klien belum pernah berkunjung,sehingga penulis belum sempat melakukan implementasi SP1K. Hal tersebut juga dikarenakan keterbatasan waktu penulis dalam melakukan pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan yang kedua adalah : Resiko Perilaku Kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 2007).Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budiana Keliat, 2005)
penulis mengangkat diagnosa kedua Resiko perilaku kekerasan dikarenakan sebelulm masuk Rumah sakit ditemukan data bahwa klien pernah mengamuk dengan cara membanting perabotan rumah tangganya dan pernah mengancam ibunya bahkan klien sebelumnya juga pernah melakukan penganiayaan fisik terhadap ibunya. Berdasarkan data diatas,dan sesuai dengan teori diatas maka penulis menegakkan diagnosa Resiko perilaku kekerasan. Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan membahayakan bagi keselamatan diri klien,orang lain maupun lingkungan sekitar klien.
Untuk diagnosa kedua ini, penulis hanya bisa melakukan implementasi hanya sampai SP2P saja. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu yang dimiliki penulis selama melakukan implementasi di lapangan. Pada pertemuan pertama (SP1P) penulis menuliskan pada kolom evaluasi point asistment penulis menuliskan bahwa SP1P belum teratasi. Maksud dari tulisan tersebut adalah bahwa klien belum mampu mengidentifikasi masalah poerilaku kekerasan dan klien juga belum mampu mengontrol marahnya. Pada pertemuan kedua SP1P penulis menyatakan bahwa SP1P teratasi.Maksud dari pernyataan tersebut adalah klien sudah mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan dan klien sudah mampu mempraktikkan cara mengontrol marah dengan cara fisik 1 yakni dengan cara menarik nafas dalam. Pada pertemuan ketiga penulis menuliskan bahwa SP2P teratasi.Maksud dari pernyataan tersebut adalah klien sudah bisa mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara memukul bantal/kasur (cara fisik 2).
Dari data-data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan implementasi penulis melakukan beberapa komunikasi terapiutik.
1. Mendengarkan Aktif
Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang paling penting pada proses komunikasi yang efektif. Mendengarkan akan menciptakan situasi interpersonal dari keterlibatan maksimal yang dianggap aman dan klien merasa bebas. Menurut Elist, (1994), menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain akan menunjukkan pada orang lain tersebut bahwa apa yang dikatakan itu penting.
2. Mendengarkan Pasif
Adalah kegiatan mendengarkan dengan kegiatan non verbal untuk klien misalnya: kontak mata, menganggukkan kepala.
3. Klasifikasi sama dengan Validasi
Yaitu menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti oleh perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas, bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien.
4. Observasi
Merupakan mengamati klien atau orang lain, observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
Tetapi dalam pelaksanaan implementasi penulis mengalami beberapa hambatan yaitu meyakinkan dapat diartikan meremehkan perasaan dan kepedulian seseorang. Teknik ini kemungkinan akan menyebabkan klien menjadi berhenti untuk membagi perasaannya. ( Intan Sari, 2001 )
Dalam menyusun makalah ini penulis dalam askep teori masih menggunakan TUK tapi dalam im-plementasinya penulis sudah memakai SP.Hal ini untuk membandingkan kedua teori tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi pendengaran adalah klien mendengar bisikan atau suara-suara tertentu yang tidak jelas sumbernya sehingga klien merespon hal tersebut. Padahal dalam alam nyata hal tersebut tidak pernah terjadi. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi ternyata tidak semua tanda halusinasi muncul saat pengkajian. Hal itu disebabkan tiap individu mempunyai rentang respon yang tidak sama terhadap suatu masalah. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi membutuhkan waktu yang lama dan penuh kesabaran.
Pasien dengan halusinasi juga sangat rentan untuk melakukan tindakan yang dapat mencederai diri sendiri,orang lain maupun lingkungan jika halusinasinya tidak tertangani dengan baik. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dari semua pihak baik klien,keluarga maupun perawat demi tercapainya hasil yang baik.
B. SARAN
Untuk pembaca yang budiman kami menyarankan agar jika mendapati orang disekitar yang menderita gangguan jiwa seperti diatas,hendaknya tidak menghindarinya. Akan tetapi mendukung untuk mempercepat proses kesembuhan.
Untuk perawat yang akan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi hendaknya tekun dan sabar. Karena ketekunan dan kesabaran perawat menentukan keberhasilan treatment.
Untuk klien yang mengalami halusinasi hendaknya tidak minder dengan kodisi yang dialaminya karena seandainya klien minder kemudian menarik diri dari lingkungan social justru akan memperparah kondisi halusinasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
. Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Townsend. M.C. (1998) Buku Saku. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatic, Edisi 3, Alih Bahasa Novi Helena D, Doulanea, Jakarta : EGC
Workshop Standar Asuhan dan Bimbingan Keperawatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
kti
12.30 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar