LANDASAN TEORI
A. Retensio Placenta
1. Definisi
a. Menurut Sarwono Prawirohardjo :
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Jenis retensio plasenta
b. Menurut Ida Bagus Gede Manuaba (1998)
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi.
2. Jenis Rateensio Plasenta
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
4) Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .
5) Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.
3. Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil .
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkomntrol tali pusat .
c. Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal .
d. Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
e. Lakukan tranfusi darah bila diperlukan
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral + metronida 20 l g supositorial/oral )
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
4. Komplikasi
Plasenta bila tidak dikeluarkan akan menimbulkan bahaya pendarahan.
- Infeksi karena merupakan benda mati
- Terjadi plasenta inkaserata
- Polip plasenta, dan
- Degeerasi ganas kario karsinoma
5. Tindakan-tindakan pada retensio plasenta
a. Tindakan Umum
- Memperhatikan keadaan umum penderita.
Apakah anemis, bagaimana jumlah pendarahan, bagaimana keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu), bagaimana keadaan fundus uteri (kontraksi dan tinggi fundus uteri)?.
- Keadaan plasenta.
Apakah plasenta inkaserata, lakukan ters plasenta lepas?
- Memasang infus dan beri cairan pengganti.
b. Tindakan Khusus
- Retensio plasenta dengan pendarahan
Lakukan plasenta manual
- Retensio plasenta tanpa pendarahan
Berikan cairan
Berikan tranfusi
Proteksi dengan antibiotika
Mempersiapkan plasenta manual dengan pengaruh narkosa
Rujuk ke RS bila perlu
c. Upaya Preventif
- Meningkatkan kesadaran Keluarga Berencana (KB)
- Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih.
- Persalinan kala III tidak melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan. Masase tidak tepat waktu mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu plasenta.
B. Plasenta Manual
Menurut buku asuhan persalinan normal revisi 2007,
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
2. Retensio Plasenta yang dilakukan Plasenta Manual
a. Grandemultaipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, P. ankerata, dan P. Perkerata.
b. Menggangu kontraksi otot rahim dan menimbulkan pendarahan.
c. Retensio plasenta tanpa pendarahan dapat diperkirakan :
- Darah hilang terlalu banyak
- Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah sehingga pendarahan tidak terjadi.
d. Plasenta manual segera dilakukan
- Terjadi riwayat pendarahan berulang post partum
- Pendarahan post partum lebih dari 400 cc
- Pertolongan persalinan dengan narkosa
- Plasenta belum lahir setelah 30 menit
3. Penatalaksanaan plasenta manual
a. Persiapan
1) Pasang set dan cairan infus
2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
3) Lakukan anestesi verbal/analgesia per rectal
4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1) Pastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong
2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva
3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4) Setelah mencapai bukaan servikk, minta seseorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
5) Sambil menahan fundus uteri. Masukkan tangan dalam hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6) Bentakan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling .
2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertingga.
2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
3) Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan .
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan
2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
3) Cuci tangan
4) Keringkan tangan dengan handuk bersih
f. Pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
5) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung .
Plasenta Inkarserata
a. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan melahirkan plasenta
c. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosis 20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengan tisipasi ganguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
d. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedotif (diazepam 5mg IV) pada tabung suntik terpisah.
Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan,Yayasan Bian Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2002
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologis, Jilid 1 edisi II, Jakarta : EGC 19998.
Sastrawinata, Sulaeman. Obstetri Fisiologis. Fakultas Kedokteran UNPAD : Jakarta. 1987
Tim Revisi. Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007. JNPK-KR : Jakarta 2007.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998
Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001
Pathways
Sumber Doenges, Marilynn E. 2001 : 313
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Kaji rentang senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
- Kaji tekanan darah
- Kaji frekuensi
3. Cairan
- Kaji kehilangan darah (normal + 250-300 ml)
4. Nyeri
- Kaji respon klien
5. Keamanan
- Kaji adanya robekan / laserasi dengan inspeksi manual
- Kaji perluasan episiotomi
6. Seksualitas
- Kaji warna darah
- Kaji bentuk plasenta
- Kaji peninggalan fundus uteri
B. Diagnosa
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d tertahannya fragmen plasenta.
2. Resiko cidera b/d profil darah abnormal
3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
4. Nyeri b/d trauma jaringan
5. Resiko infeksi b/d tertahannya fragmen plasenta
C. Intervensi
Intervensi Rasional
1.
2.
3.
4. a. Intruksikan klien mendorong pada kontraksi
b. Cata informasi berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk fragmen plasenta yang teratahan
c. Kolaborasi
Hindari menarik tali pusat secara berlebihan
d. Berikan cairan melalui rute parenteral
e. Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara menurut dibawah anestesi umum dan kondisi steril
a. Palpasi fundus dan masase dengan perlahan masase fundus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta (Rujuk pada DK : Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap).
b. Kaji irama pernapasan dan pengembangan kolaborasi
c. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.
d. Bila terjadi inversi uterus. Berikan pergantian cairan, pasang keterangan perkemihan in welling, dapatkan golongan darah dan pencocokan silang, pantau tanda vital, dan pertahankan pencatatan masukan / keluaran dengan cermat.
a. Jelaskan alasan untuk respons perilaku tertentu seperti menggigil dan tremor kaki
a. Bantu dengan penggunaan teknik pernapasan selama perbaikan pembedahan bila tepat.
b. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan
c. Ganti pakaian dan linen basah
d. Berikan selimut penghangat
e. Berikan testosteraon sipinoat / estradiol valekat (Peladumune atau ditate) dengan segera setelah melahirkan plasenta, bila klien memilih untuk tidak menyusui bayinya. Berikan informasi tentang efek samping dan yakinkan klien memahami efek-efek estrogen dan ekstrogen. - Mengejang membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darah dan meningkatkan kontraski uterus.
- Jaringan plasenta yang bertahan dapat menimbulkan infeksi pasca partum dan hemorasi segera atau lambat, bila terdeteksi infrasmen harus dilepaskan atau dengan instrumen dengan tepat.
- Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta, meningkatkan kehilangan darah
- Bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasidari organ vital.
- Interverensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan hemoragi.
- Memudahkan pelepasan plasenta. Menghindari rangsangan/trauma berkelebihan pada fundus.
- Pada pelepasan plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal menyebabkan emboli paru atau perubahan cairan dapat mengakibatkan mobilisasi emboli.
- Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
- Hemoragi maternal cepat dan syok mengikuti inversi, dan intervensi segera untuk menyelematkan jiwa diperlukan. Fungsi ginjal adalah indikator bermanfaat dari tingkat cairan atau perfusi jaringan.
- Pemahaman membantu klien menerima perubahan tersebut tanpa ansietas atau perhatian yang tidak perlu.
- Pernapasan membantu mengalihkan perhatian rangsang dari ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.
- Mengkonstruksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan kenyamanan dan anestersia lokal.
- Meningkatkan kenyamanan hangatm dan kebersihan.
- Tremor / menggigil pada pasca melahirkan karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba pada saraf pelvis atau kemungkinan di hubungkan dengan transfusi janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta. Kehangatan meningkan relakasasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan kelelahan dan meningkatkan rasa sejahtera.
- Meskipun masih di gunakan oleh beberapa doktern untuk menekan laktasi, preparat estrogen telah di hubungkan dengan efek merugikan yang seriuse seperti tumor hepar dan peningkatan pembekuan klien perlu menyadari resiko ini. (Catatan obat terbaru pilihan adalah Biomokripin (parlodel) dan pemberian biasanya dimulai 4 jam setelah melahirkan).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar